Jumat, 26 Juni 2015

Buddha Vacana - Bagian 2


Hari ke 10
1.       Pastilah sudah bahwa segumpal tanah, bila dilempar ke langit, akan jatuh kembali ke bumi.
Demikian pula ajaran Buddha nan tak terdingi, selalu pasti dan dapat dipercaya.

Pastilah sudah bahwa matahari akan terbit, ketika kegelapan malam berangsur-angsur lenyap.
Demikian pula ajaran Buddha nan tak tertandingi, selalu pasti dan dapat di percaya.

Pastilah bahwa singa akan mengaum, ketika kluar dari liangnya.
Demikian pula ajaran Buddha nan tak tertandingi, selalu pasti dan dapat di percaya.

Hari ke 11
2.       Terhadan ajaran-ajaran yang kau anggap, “Ajaran-ajaran ini tidak membimbing ke arah pelenyapan (nafsu keinginan), ketenangan, ketenteraman, pengetahuan yang lebih tinggi, kesadaran ataupun Nibbana,” engkau dapat memastikan bahwa ajaran-ajaran tersebut bukanlah Dhamma, ajaran Sang Guru. Tetapi terhadap ajaran-ajaran yang kau anggap, “Ajaran-ajaran ini membimbing ke arah pelenyapan (nafsu keinginan), ketenangan, ketenteraman, pengetahuan yang lebih tinggi, kesadaran ataupun Nibbana,” engkau dapat memastikan bahwa ajaran-ajaran tersebut adalah Dhamma, ajaran Sang Guru.

Hari ke 12
3.       Sebagaimana halnya dengan sebuah lautan yang hanya mempunyai satu rasa, yaitu rasa asin, demikian pula Dhamma juga hanya mempunyai satu rasa, yakni kebebasan.

Hari ke 13
4.       Seandanya semua mahkluk mengetahui seperti Aku (Tathagata) mengetahui tentang manfaat berdana, mereka tidak akan menikmati semua yang mereka miliki tanpa membaginya dengan mahkluk lain (yang membutuhkan) juga tidak membiarkan noda kekikiran menggoda dan menetap di dalam batinnya. Bahkan jika apa yang mereka miliki merupakan sedikit makanan terakhir yang dipunyai, mereka tidak akan menikmati tanpa membaginya (berdana), seandainya ada mahkluk lain yang layak mendapatkannya.

Hari ke 14
5.       Mahali bertanya kepada Sang guru, “Bhante, apakah alasannya, apakah penyebab seseorang melakukan perbuatan buruk?”
“Keserakahan, kebencian, kegelapan batin, tidakbersimpati, dan pikiran yang diarahkan secara salah, inilah alasan-alasan, inilah penyebab utama seseorang melakukan perbuatan buruk.”
“Kemudian Bhante, apakah alasannya, apakah penyebab seseorang melakukan perbuatan baik?”
“Kemurahan hati, cintakasih, kebijaksanaan, simpati, pikiran yang diarahkan dengan benar, inilah alasan-alasan, inilah penyebab utama seseorang melakukan perbuatan baik.”

Hari ke 15
6.       Pelaksanaan Dhamma yang bagaimanakah yang membawa ke arah kebajikan? Tentang hal ini, seorang siswa utama akan berpedoman, “Inilah aku yang mencintai kehidupan, tidak menginginkan kematian, mencintai kegembiraan, dan menolak penderitaan. Jika seseorang ingin membunuhku, aku tidak menghendaki hal itu. Demikian pula jika aku harus membunuh orang lain, mereka tidak menghendaki hal itu. Karena apa yang tidak kusukai pasti tidak disukai oleh orang lain, mungkinkah aku menyusahkan orang lain dengan melakukan hal itu?”  Dengan berpedoman demikian, seseorang akan terbebas dari pembunuhan, mendorong orang lain untuk tidak melakukannya, dan memuji mereka yang tidak melakukannya.

Selanjutnya, seorang siswa utama akan berpedoman, “Jika seseorang ingin mencuri milikku, aku tidak menghendaki hal itu. Demikian pula jika aku harus mencuri milik orang lain, mereka tidak menghendaki hal itu. Karena apa yang tidak kusukai pasti tidak disukai oleh orang lain, mungkinkah aku menyusahkan orang lain dengan melakukan hal itu?”  Dengan berpedoman demikian, seseorang akan terbebas dari pencurian, mendorong orang lain untuk tidak melakukannya, dan memuji mereka yang tidak melakukannya.

Selanjutnya, seorang siswa utama akan berpedoman, “Jika seseorang menyeleweng dengan pasangan hidupku, aku tidak menghendaki hal itu. Demikian pula jika aku menyeleweng dengan pasangan hidup orang lain, mereka tidak menghendaki hal itu. Karena apa yang tidak kusukai pasti tidak disukai oleh orang lain, mungkinkah aku menyusahkan orang lain dengan melakukan hal itu?”  Dengan berpedoman demikian, seseorang akan terbebas dari keinginan yang salah, mendorong orang lain untuk tidak melakukannya, dan memuji mereka yang tidak melakukannya.

Selanjutnya, seorang siswa utama akan berpedoman, “Jika seseorang ingin menjatuhkanku dengan kebohongan, aku tidak menghendaki hal itu. Demikian pula jika aku menjatuhkan orang lain dengan kebohongan, mereka tidak menghendaki hal itu. Karena apa yang tidak kusukai pasti tidak disukai oleh orang lain, mungkinkah aku menyusahkan orang lain dengan melakukan hal itu?”  Dengan berpedoman demikian, seseorang akan terbebas dari kebohongan, mendorong orang lain untuk tidak melakukannya, dan memuji mereka yang tidak melakukannya.


Lebih jauh lagi, seorang siswa utama akan berpedoman, “Jika seseorang ingin memisah, aku tidak menghendaki kan aku dari sahabat-sahabatku dengan fitnah, ucapan kasar ataupun omong kosong tentang aku, aku tidak menghendaki hal itu. Demikian pula jika aku melakukannya terhadap orang lain, mungkin aku menyusahkan orang lain dengan melakukan hal itu?” Karena apa yang tidak kusukai pasti tidak disukai oleh orang lain, mungkinkah aku menyusahkan orang lain dengan melakukan hal itu?”  Dengan berpedoman demikian, seseorang akan terbebas dari fitnah, ucapan kasar ataupun omong kosong, mendorong orang lain untuk tidak melakukannya, dan memuji mereka yang tidak melakukannya.

Bersambung

Buddha Vacana - Renungan harian dari Kitab Suci Agama Buddha,buku asli ditulis oleh : Y.A. Shravasti Dhammika, penerbit Pustaka Karania 1993. Judul asli : Buddha Vacana, Daily Reading from the Sacred Literature of Buddhism, edited by S. Dhammika, The Buddha Dhamma manggala Society 1989

0 komentar:

Posting Komentar

PERKUMPULAN GURU AGAMA BUDDHA INDONESIA PERKUMPULAN GURU AGAMA BUDDHA INDONESIA PERKUMPULAN GURU AGAMA BUDDHA INDONESIA PERKUMPULAN GURU AGAMA BUDDHA INDONESIA PERKUMPULAN GURU AGAMA BUDDHA INDONESIA