Hari ke 10
1.
Pastilah sudah bahwa segumpal tanah, bila dilempar
ke langit, akan jatuh kembali ke bumi.
Demikian pula ajaran Buddha nan tak terdingi, selalu pasti dan
dapat dipercaya.
Pastilah sudah bahwa matahari akan terbit, ketika kegelapan
malam berangsur-angsur lenyap.
Demikian pula ajaran Buddha nan tak tertandingi, selalu pasti
dan dapat di percaya.
Pastilah bahwa singa akan mengaum, ketika kluar dari liangnya.
Demikian pula ajaran Buddha nan tak tertandingi, selalu pasti
dan dapat di percaya.
Hari ke 11
2.
Terhadan ajaran-ajaran yang kau anggap, “Ajaran-ajaran
ini tidak membimbing ke arah pelenyapan (nafsu keinginan), ketenangan,
ketenteraman, pengetahuan yang lebih tinggi, kesadaran ataupun Nibbana,” engkau
dapat memastikan bahwa ajaran-ajaran tersebut bukanlah Dhamma, ajaran Sang
Guru. Tetapi terhadap ajaran-ajaran yang kau anggap, “Ajaran-ajaran ini
membimbing ke arah pelenyapan (nafsu keinginan), ketenangan, ketenteraman,
pengetahuan yang lebih tinggi, kesadaran ataupun Nibbana,” engkau dapat
memastikan bahwa ajaran-ajaran tersebut adalah Dhamma, ajaran Sang Guru.
Hari ke 12
3.
Sebagaimana halnya dengan sebuah lautan yang
hanya mempunyai satu rasa, yaitu rasa asin, demikian pula Dhamma juga hanya
mempunyai satu rasa, yakni kebebasan.
Hari ke 13
4.
Seandanya semua mahkluk mengetahui seperti Aku
(Tathagata) mengetahui tentang manfaat berdana, mereka tidak akan menikmati
semua yang mereka miliki tanpa membaginya dengan mahkluk lain (yang
membutuhkan) juga tidak membiarkan noda kekikiran menggoda dan menetap di dalam
batinnya. Bahkan jika apa yang mereka miliki merupakan sedikit makanan terakhir
yang dipunyai, mereka tidak akan menikmati tanpa membaginya (berdana),
seandainya ada mahkluk lain yang layak mendapatkannya.
Hari ke 14
5.
Mahali bertanya kepada Sang guru, “Bhante,
apakah alasannya, apakah penyebab seseorang melakukan perbuatan buruk?”
“Keserakahan, kebencian, kegelapan batin, tidakbersimpati, dan
pikiran yang diarahkan secara salah, inilah alasan-alasan, inilah penyebab
utama seseorang melakukan perbuatan buruk.”
“Kemudian Bhante, apakah alasannya, apakah penyebab seseorang
melakukan perbuatan baik?”
“Kemurahan hati, cintakasih, kebijaksanaan, simpati, pikiran
yang diarahkan dengan benar, inilah alasan-alasan, inilah penyebab utama
seseorang melakukan perbuatan baik.”
Hari ke 15
6.
Pelaksanaan Dhamma yang bagaimanakah yang
membawa ke arah kebajikan? Tentang hal ini, seorang siswa utama akan
berpedoman, “Inilah aku yang mencintai kehidupan, tidak menginginkan kematian,
mencintai kegembiraan, dan menolak penderitaan. Jika seseorang ingin
membunuhku, aku tidak menghendaki hal itu. Demikian pula jika aku harus
membunuh orang lain, mereka tidak menghendaki hal itu. Karena apa yang tidak
kusukai pasti tidak disukai oleh orang lain, mungkinkah aku menyusahkan orang
lain dengan melakukan hal itu?” Dengan
berpedoman demikian, seseorang akan terbebas dari pembunuhan, mendorong orang
lain untuk tidak melakukannya, dan memuji mereka yang tidak melakukannya.
Selanjutnya, seorang siswa utama akan berpedoman, “Jika
seseorang ingin mencuri milikku, aku tidak menghendaki hal itu. Demikian pula
jika aku harus mencuri milik orang lain, mereka tidak menghendaki hal itu.
Karena apa yang tidak kusukai pasti tidak disukai oleh orang lain, mungkinkah
aku menyusahkan orang lain dengan melakukan hal itu?” Dengan berpedoman demikian, seseorang akan
terbebas dari pencurian, mendorong orang lain untuk tidak melakukannya, dan
memuji mereka yang tidak melakukannya.
Selanjutnya, seorang siswa utama akan berpedoman, “Jika
seseorang menyeleweng dengan pasangan hidupku, aku tidak menghendaki hal itu.
Demikian pula jika aku menyeleweng dengan pasangan hidup orang lain, mereka
tidak menghendaki hal itu. Karena apa yang tidak kusukai pasti tidak disukai
oleh orang lain, mungkinkah aku menyusahkan orang lain dengan melakukan hal
itu?” Dengan berpedoman demikian,
seseorang akan terbebas dari keinginan yang salah, mendorong orang lain untuk
tidak melakukannya, dan memuji mereka yang tidak melakukannya.
Selanjutnya, seorang siswa utama akan berpedoman, “Jika
seseorang ingin menjatuhkanku dengan kebohongan, aku tidak menghendaki hal itu.
Demikian pula jika aku menjatuhkan orang lain dengan kebohongan, mereka tidak
menghendaki hal itu. Karena apa yang tidak kusukai pasti tidak disukai oleh
orang lain, mungkinkah aku menyusahkan orang lain dengan melakukan hal
itu?” Dengan berpedoman demikian,
seseorang akan terbebas dari kebohongan, mendorong orang lain untuk tidak
melakukannya, dan memuji mereka yang tidak melakukannya.
Lebih
jauh lagi, seorang siswa utama akan berpedoman, “Jika seseorang ingin memisah,
aku tidak menghendaki kan aku dari sahabat-sahabatku dengan fitnah, ucapan
kasar ataupun omong kosong tentang aku, aku tidak menghendaki hal itu. Demikian
pula jika aku melakukannya terhadap orang lain, mungkin aku menyusahkan orang
lain dengan melakukan hal itu?” Karena apa yang tidak kusukai pasti tidak
disukai oleh orang lain, mungkinkah aku menyusahkan orang lain dengan melakukan
hal itu?” Dengan berpedoman demikian,
seseorang akan terbebas dari fitnah, ucapan kasar ataupun omong kosong,
mendorong orang lain untuk tidak melakukannya, dan memuji mereka yang tidak
melakukannya.
Bersambung
Buddha Vacana - Renungan harian dari Kitab Suci Agama Buddha,buku asli ditulis oleh : Y.A. Shravasti Dhammika, penerbit Pustaka Karania 1993. Judul asli : Buddha Vacana, Daily Reading from the Sacred Literature of Buddhism, edited by S. Dhammika, The Buddha Dhamma manggala Society 1989
0 komentar:
Posting Komentar