Forum Guru Agama Buddha Indonesia

Mimpi Ratu Mahamaya dan Kelahiran pangeran Sidhrata.

Forum Guru Agama Buddha Indonesia

Pangeran Sidharta bermeditasi di bawah ponon Jambu dan Menyelamatkan Angsa yang dipanah Devadata.

Forum Guru Agama Buddha Indonesia

Melihat 4 Peristiwa dan Pelepasan Agung.

Forum Guru Agama Buddha Indonesia

Menyiksa diri di Hutan Uruvela dan Mencapai Penerangan Sempurna

Forum Guru Agama Buddha Indonesia

Saat menjelang dan saat mencapai Parinibbana.

Senin, 29 Juni 2015

Nilai-nilai Etika dalam Buddhisme


Buddha membabarkan Dhamma untuk pertamakali kepada 5 orang pertapa
1. Jalan Mulia Berunsur Delapan
       a.   Pandangan benar (samma ditthi)
       b.   Pikiran benar (samma sankappa)
       c.   Ucapan benar (samma vaca)
       d.   Perbuatan benar (samma kammanta)
       e.   Mata pencaharian benar (samma ajiva)
       f.    Daya upaya benar (samma vayama)
       g.   Perhatian benar (samma sati)
       h.   Konsentrasi benar (samma samadhi)

2. Sila Upasaka-Upāasika
Dalam susunan masyarakat Buddhis terdiri atas kelompok (parisa) yaitu; kelompok masyarakat  kevihāraan (bhikkhu-bhikkhuni) dan kelompok masyarakat awam (perumah tangga). Perbedaan ini didasarkan pada kedudukan sosial mereka masing-masing dan bukan berarti semacam kasta. Agama Buddha tidak menghendaki adanya kasta dalam masyarakat.

         Lima “kekayaan” upasaka-upasika (upasaka-upasika Dhamma)
1.         Mempunyai keyakinan terhadap Tiratana.
2.         Mempunyai kesucian kemoralan.
3.        Tidak percaya akan perbuatan tahyul dan kabar angin atau desas-desus yang belum dicek  kebenarannya.
4.         Tidak mencari sumber kebaikan dan kebenaran di luar Dhamma.
5.         Berbuat kebaikan sesuai dengan Dhamma.

*  Hiri dan Ottappa
     Hiri adalah perasaan malu melakukan perbuatan jahat, sedangkan ottappa adanya perasaan takut terhadap akibat perbuatan jahat yang dapat ia lakukan. Dua macam Dhamma itu juga dikatakan sebagai pelindung dunia, artinya bila manusia memiliki perasaan malu (hiri) dan perasaan takut (ottapa) untuk melakukan perbuatan jahat, maka dunia akan menjadi damai, tenang, dan tidak akan terjadi kejahatan-kejahatan yang dapat merugikan mahkluk hidup itu sendiri.

* Pancasila, Atthasila
    Upasaka-upasika, adalah siswa yang dekat dengan guru dan menggunakan jubah putih. Mereka hidupnya melaksanakan lima aturan kemoralan (sila) dan dapat melatih delapan kemoralan (sila) karena dengan melatih lima kemoralan (sila) tersebut. Mereka yang melatih diri dan melengkapi hidupnya dengan aturan-aturan kemoralan, maka akan berakibat terlahir di alam bahagia (surga), bila melatih lima kemoralan (sila) dengan sungguh-sungguh akan berakibat memperoleh kebahagiaan, kemakmuran, kedamaian dan kesejahteraan, dalam  kehidupan sekarang ini. Dan, bila melatih lima atau delapan kemoralan dengan sungguh-sungguh mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari dan dengan sempurna, sempurna pula kebajikan (paramita) maka akan berakibat mencapai pembebasan dari derita (dukkha) dan dapat meraih kebahagiaan tertinggi Nibbanna.

3.  Pancasila-Pancadhamma
Seorang upasika-upasika hendaknya melatih lima sila Pancasila-Budddhis dan sekaligus melaksanakan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini, lima macam Dhamma yang bagus, yang merupakan bahan untuk mentaati pancasila buddhis, yaitu:
- Metta-Karuna: cinta kasih dan belas kasihan. Dhamma pertama ini sama dengan sila pertama
     Pancasila.
- Samma-Ajiva: Pencaharian benar. Dhamma kedua ini sama dengan sila kedua dari pancasila.
- Kamasavara: penahanan diri terhadap nafsu inderia. Dhamma ketiga ini sama dengan sila ketiga  Pancasila.
 - Sacca: kebenaran benar dalam perbuatan, ucapan dan pikiran. Dhamma keempat ini sama
   dengan sila keempat dari pancasila.
 - Sati-sampajanna: kesadaran benar. Dhamma kelima ini sama dengan sila kelima dari pancasila.

4.  Sigalovada Suttanta
Merupakan sutta yang tergolong sangat populer dikalangan masyarakat buddhis, karena  menguraikan tuntunan hidup manusia sebagaimana seharusnya, upasaka-upasika itu memiliki kewajiban yang komplek; baik kepada orang tua, guru-gurunya, siswa-siswanya, suami-isteri, pegawai atau pekerja bawahannya. Juga, kewajiban pada pemerintah, bangsa dan negara.
Kewajiban tersebut bersifat timbal balik, saling mendukung membawa pada kebajikan dan kebahagiaan hidup sebagai bagian dari orang banyak.

5.    Vyagghapajja-Sutta  
        Suttanta, merupakan sutta yang menguraikan bagaimana seharusnya upasaka-upasika meniti
        kehidupan dan meraih kebahagiaan dalam jalan kebenaran, kebajikan sesuai ajaran Dhamma.
        Ada empat macam Dhamma yang menimbulkan kebahagiaan dan berguna pada saat ini, antara
        lain:
a.    Rajin. Bekerja dengan ahli dan rajin, tidak membiarkan pekerjaan lewat atau mengakitbatkan banyak kerugian, kemerosotan dalam prestasi kerja. Sebaliknya, rajin dalam bekerja sehingga mencapai keberhasilan dan kemakmuran dalam hidup.
b.    Berhati-hati menjaga harta tidak membiarkan hilang, dicuri, atau digunakan untuk berfoya-foya sehingga harta atau prestasinya menjadi merosot dan mengalami kehancuran.
c.    Memiliki sahabat-sahabat yang baik. Sahabat yang baik atau sahabat yang berhati jahat sangat mempengaruhi hidup seseorang. Banyak orang mengalami kehancuran akibat bergaul dan bersahabat dengan orang-orang jahat.
d.   Cara hidup yang seimbang. Jika, menggunakan materi melebihi pendapatan sebagai akibatnya akan mengalami masalah serius yaitu kehancuran ekonomi.

Istilah yang dipakai dalam menyatakan baik dan buruk adalah kusala dan akusala. Kusala adalah sehat, baik dan akusala adalah tidak sehat dan tidak baik. Jadi suatu perbuatan dapat dikatakan baik dan buruk, kriteriumnya adalah apakah perbuatan tersebut mendatangkan kebahagiaan atau tidak.
Salah satu cara untuk memutuskan apakah perbuatan itu baik dan buruk, benar dan salah dengan menggunakan pemeriksaan apakah ia akan membawa kelepasan (viraga) atau keterikatan (raga).
Menurut Buddhisme awal, kebahagiaan termulia harus dicapai melalui pengendalian semua kerinduan akan dunia (kesenangan indria), semua kedengkian, nilai-nilai yang keliru, sekaligus bersama-sama dengan keterikatan kekecewaan yang muncul akibat ketidakkekalan dan kepuasan yang tidak dapat bertahan lama. Ini semua dicapai melalui perhatian yang benar, lengkap dan sempurna.

Menurut analisis Sang Buddha, ada empat tipe orang di dunia ini :
·      Orang yang menyiksa dirinya (attantapa)
·      Orang yang menyiksa orang lain (parantapa)
·      Orang yang menyiksa dirinya maupun orang lain (attantapo ca parantapo ca)
·      Orang yang bukan menyiksa dirinya maupun bukan lainnya (neva attantapo na parantapo)

Jadi untuk Sang Buddha, nilai-nilai kebenaran adalah tidak terbedakan dari nilai moral atau nilai-nilai etika. Keduanya adalah nilai-nilai yang berpastisipasi dalam alam.

Buddha Vacana - Bagian 3


Hari ke 16
1.       Keserakahan mudah disadari tapi lambat dilenyapkan. Kebencian sukar disadari tapi cepat dilenyapkan. Kegelapan batin sukar disadari dan lambat dilenyapkan.

Hari ke 17
2.       Ada empat kebahagiaan yang dapat dimiliki seroang perumah tangga yang menikmati kegembiraan setiap saat dan bila ada kesempatan. Apakah keempat hal itu? Keempat hal itu adalah kebahagiaan karena memiliki, kebahagiaan karena kekayaan, kebahagiaan karena tidak berhutang, dan kebahagiaan karena tidak berbuat salah.

Dan apakah yang dimaksud dengan kebahagiaan karena memiliki? Tentang hal ini, seorang perumah tangga memiliki kekayaan yang diperoleh dengan kerja keras, dengan kekuatan tangan dan cucuran keringat, serta secara halal. Bila ia berpikir tentang hal ini, ia akan merasa puas dan bahagia.

Dan apakah yang dimaksud dengan kebahagiaan karena kekayaan? Tentang hal ini, seorang perumah tangga memiliki kekayaan yang didapatnya secara halal, dan dengan kekayaan itu, ia banyak melakukan kebajikan. Bila ia berpikir tentang hal ini, ia akan merasa puas dan bahagia.
Dan apakah yang dimaksud dengan kebahagiaan karena tidak berhutang? Tentang hal ini, seorang perumah tangga tidak mempunyai hutang, baik besar maupun kecil kepada siapapun. Bila ia berpikir tentang hal ini, ia akan merasa puas dan bahagia.

Dan apakah yang dimaksud dengan kebahagiaan karena kekayaan? Tentang hal ini, seorang perumah tangga memiliki kekayaan yang didapatnya secara halal, dan dengan kekayaan itu, ia banyak melakukan kebajikan. Bila ia berpikir tentang hal ini, ia akan merasa puas dan bahagia.

Dan apakah yang dimaksud dengan kebahagiaan karena tidak berbuat salah? Tentang hal ini, seorang siswa utama akan diberkahi karena perbuatan benar yang dilakukannya dengan badan jasmani, ucapan dan pikiran. Bila ia berpikir tentang hal ini, ia akan merasa puas dan bahagia.


Bersambung.

Jumat, 26 Juni 2015

Buddha Vacana - Bagian 2


Hari ke 10
1.       Pastilah sudah bahwa segumpal tanah, bila dilempar ke langit, akan jatuh kembali ke bumi.
Demikian pula ajaran Buddha nan tak terdingi, selalu pasti dan dapat dipercaya.

Pastilah sudah bahwa matahari akan terbit, ketika kegelapan malam berangsur-angsur lenyap.
Demikian pula ajaran Buddha nan tak tertandingi, selalu pasti dan dapat di percaya.

Pastilah bahwa singa akan mengaum, ketika kluar dari liangnya.
Demikian pula ajaran Buddha nan tak tertandingi, selalu pasti dan dapat di percaya.

Hari ke 11
2.       Terhadan ajaran-ajaran yang kau anggap, “Ajaran-ajaran ini tidak membimbing ke arah pelenyapan (nafsu keinginan), ketenangan, ketenteraman, pengetahuan yang lebih tinggi, kesadaran ataupun Nibbana,” engkau dapat memastikan bahwa ajaran-ajaran tersebut bukanlah Dhamma, ajaran Sang Guru. Tetapi terhadap ajaran-ajaran yang kau anggap, “Ajaran-ajaran ini membimbing ke arah pelenyapan (nafsu keinginan), ketenangan, ketenteraman, pengetahuan yang lebih tinggi, kesadaran ataupun Nibbana,” engkau dapat memastikan bahwa ajaran-ajaran tersebut adalah Dhamma, ajaran Sang Guru.

Hari ke 12
3.       Sebagaimana halnya dengan sebuah lautan yang hanya mempunyai satu rasa, yaitu rasa asin, demikian pula Dhamma juga hanya mempunyai satu rasa, yakni kebebasan.

Hari ke 13
4.       Seandanya semua mahkluk mengetahui seperti Aku (Tathagata) mengetahui tentang manfaat berdana, mereka tidak akan menikmati semua yang mereka miliki tanpa membaginya dengan mahkluk lain (yang membutuhkan) juga tidak membiarkan noda kekikiran menggoda dan menetap di dalam batinnya. Bahkan jika apa yang mereka miliki merupakan sedikit makanan terakhir yang dipunyai, mereka tidak akan menikmati tanpa membaginya (berdana), seandainya ada mahkluk lain yang layak mendapatkannya.

Hari ke 14
5.       Mahali bertanya kepada Sang guru, “Bhante, apakah alasannya, apakah penyebab seseorang melakukan perbuatan buruk?”
“Keserakahan, kebencian, kegelapan batin, tidakbersimpati, dan pikiran yang diarahkan secara salah, inilah alasan-alasan, inilah penyebab utama seseorang melakukan perbuatan buruk.”
“Kemudian Bhante, apakah alasannya, apakah penyebab seseorang melakukan perbuatan baik?”
“Kemurahan hati, cintakasih, kebijaksanaan, simpati, pikiran yang diarahkan dengan benar, inilah alasan-alasan, inilah penyebab utama seseorang melakukan perbuatan baik.”

Hari ke 15
6.       Pelaksanaan Dhamma yang bagaimanakah yang membawa ke arah kebajikan? Tentang hal ini, seorang siswa utama akan berpedoman, “Inilah aku yang mencintai kehidupan, tidak menginginkan kematian, mencintai kegembiraan, dan menolak penderitaan. Jika seseorang ingin membunuhku, aku tidak menghendaki hal itu. Demikian pula jika aku harus membunuh orang lain, mereka tidak menghendaki hal itu. Karena apa yang tidak kusukai pasti tidak disukai oleh orang lain, mungkinkah aku menyusahkan orang lain dengan melakukan hal itu?”  Dengan berpedoman demikian, seseorang akan terbebas dari pembunuhan, mendorong orang lain untuk tidak melakukannya, dan memuji mereka yang tidak melakukannya.

Selanjutnya, seorang siswa utama akan berpedoman, “Jika seseorang ingin mencuri milikku, aku tidak menghendaki hal itu. Demikian pula jika aku harus mencuri milik orang lain, mereka tidak menghendaki hal itu. Karena apa yang tidak kusukai pasti tidak disukai oleh orang lain, mungkinkah aku menyusahkan orang lain dengan melakukan hal itu?”  Dengan berpedoman demikian, seseorang akan terbebas dari pencurian, mendorong orang lain untuk tidak melakukannya, dan memuji mereka yang tidak melakukannya.

Selanjutnya, seorang siswa utama akan berpedoman, “Jika seseorang menyeleweng dengan pasangan hidupku, aku tidak menghendaki hal itu. Demikian pula jika aku menyeleweng dengan pasangan hidup orang lain, mereka tidak menghendaki hal itu. Karena apa yang tidak kusukai pasti tidak disukai oleh orang lain, mungkinkah aku menyusahkan orang lain dengan melakukan hal itu?”  Dengan berpedoman demikian, seseorang akan terbebas dari keinginan yang salah, mendorong orang lain untuk tidak melakukannya, dan memuji mereka yang tidak melakukannya.

Selanjutnya, seorang siswa utama akan berpedoman, “Jika seseorang ingin menjatuhkanku dengan kebohongan, aku tidak menghendaki hal itu. Demikian pula jika aku menjatuhkan orang lain dengan kebohongan, mereka tidak menghendaki hal itu. Karena apa yang tidak kusukai pasti tidak disukai oleh orang lain, mungkinkah aku menyusahkan orang lain dengan melakukan hal itu?”  Dengan berpedoman demikian, seseorang akan terbebas dari kebohongan, mendorong orang lain untuk tidak melakukannya, dan memuji mereka yang tidak melakukannya.


Lebih jauh lagi, seorang siswa utama akan berpedoman, “Jika seseorang ingin memisah, aku tidak menghendaki kan aku dari sahabat-sahabatku dengan fitnah, ucapan kasar ataupun omong kosong tentang aku, aku tidak menghendaki hal itu. Demikian pula jika aku melakukannya terhadap orang lain, mungkin aku menyusahkan orang lain dengan melakukan hal itu?” Karena apa yang tidak kusukai pasti tidak disukai oleh orang lain, mungkinkah aku menyusahkan orang lain dengan melakukan hal itu?”  Dengan berpedoman demikian, seseorang akan terbebas dari fitnah, ucapan kasar ataupun omong kosong, mendorong orang lain untuk tidak melakukannya, dan memuji mereka yang tidak melakukannya.

Bersambung

Buddha Vacana - Renungan harian dari Kitab Suci Agama Buddha,buku asli ditulis oleh : Y.A. Shravasti Dhammika, penerbit Pustaka Karania 1993. Judul asli : Buddha Vacana, Daily Reading from the Sacred Literature of Buddhism, edited by S. Dhammika, The Buddha Dhamma manggala Society 1989

Rabu, 24 Juni 2015

Buddha Vacana - Bagian 1


Renungan harian dari Kitab Suci Agama Buddha
“Siapa pun yang dengan penuh perhatian menghayati sedikit saja ajaran-ajaran Sang Buddha yang tak terhingga banyaknya akan segera memperolah tidak hhanya kehidupan yang tenteram, ketenangan jiwa, dan keteguhan hati yang tak tergoyahkan, tetapi juga keramah-tamahan dan kesabaran yang tak terbatas. Sebagai jalan dan alat untuk mencapai ketenangan jiwa yang suci, ajaran ajaran Beliau penuh dengan nasihat, petunjuk, dan aturan.”
Hermann Hesse

Hari ke 1
1.  “Jika anda tidak mendapatkan guru yang memuaskan, pelajarilah Dhamma ini dan laksanakan. Karena Dhamma adalah pasti (kebenarannya), dan bila dilaksanakan dengan benar, Dhamma akan membawa ketentraman dan kebahagiaan untuk selamanya.”

Hari ke 2
2.     “Bayangkan bahwa seluruh bumi ini tertutup oleh air, dan ada seseorang yang melemparkan sebuah gelang ke permukaan air. Oleh tiupan angin, gelang tersebut terombang-ambing ke utara, selatan, timur, dan barat. Sekarang anggaplah bahwa sekali dalam seratus tahun seekor kura-kura yang buta akan muncul ke permukaan air. Apakah yang anda pikir akan terjadi? Akankah kura-kura itu memasukkan kepalanya ke dalam gelang ketika muncul di permukaan air?”
“Tidak mungkin, Bhante.”
“Nah, keadaan tersebut sama tidak mungkinnya dengan suatu mahkluk  untuk dilahirkan sebagai manusia; sama tidak mungkinnya dengan seorang Tathagata, Buddha yang maha mulia, Buddha yang telah mencapai Penerangan Sempurna, untuk muncul di dunia; dan sama tidak mungkinnya dengan Dhamma dan ajaran-ajaran Sang Tathagata untuk dibabarkan. Namun sekarang Anda telah dilahirkan sebagai manusia, seorang Tathagata telah muncul dan Dhamma telah dibabarkan. Oleh karena itu, berusahalah sekuat tenaga untuk menyadari empat Kebenaran Mulia.”

Hari ke 3
3.  “Pintu menuju kekekalan telah terbuka. Biarlah mereka yang dapat mendengar menjawabnya dengan keyakinan.”

Hari ke 4
4.  Seorang murid yang yakin akan petunjuk-petunjuk Sang Guru dan hidup tenteram dengannya, akan berpendapat, “Sang Guru adalah maha sempurna. Aku hanyalah seorang murid-Nya. Sang Guru mahatahu, sedangkan aku tidak tahu.”
Bagi seorang murid yang yakin akan petunjuk-petunjuk Sang Guru dan hidup tenteram dengannya, selalu akan memberikan dorongan kekuatan. Ia akan berpendapat, “Aku rela mengering, seandainya aku dapat berjuang sampai aku memenangkan semua yang dapat dimenangkan oleh usaha manusia.”
Bagi seorang murid yang yakin akan petunjuk-petunjuk Sang Guru dan hidup tenteram dengannya, satu dari dua hasil ini dapatlah diharapkan-pengetahuan yang mendalam di sini dan sekarang, atau jika masih ada pendorong apa pun untuk terlahir kembali, ia tidak akan terlahir kembali.

Hari ke 5
5.  Cara Sang Tathagata membabarkan Dhamma agar orang berbuat kebajikan adalah tak tertandingi. Seseorang harus jujur dan taat, tidak menipu, berbohong atau pun menganggap remeh, juga tidak serakah, melainkan seperti seorang penjaga pintu gerbang (yang hanya memperhatikan orang yang lalu lalang), tidak makan berlebihan, penuh kedamaian, penuh perhatian, tidak malas, dan berusaha dengan sungguh-sungguh, rajin bermeditasi, selalu berhati-hati, berbicara apa adanya, teguh, mantap, dan bijaksana, tidak melekat pada kesenangan, melainkan selalu sadar dan bijaksana. Inilah ajaran yang tak tertandingi tentang berbuat kebajikan. Ajaran ini telah dimengerti semuanya oleh Sang Bhagava, dan di luar itu (berbuat keburukan) tidak ada yang perlu dimengerti lebih mendalam. Dan dengan demikian, tiada satu pun pertapa atau brahmana yang mampu melebihi Sang Bhagava dalam pengertian tentang berbuat kebajikan.

Hari ke 6
1.       “Apakah yang engkau pikirkan tentang benda ini?” tanya Sang Bhagava, “Apa artinya manfaat cermin ini?”
“Untuk bercermin, Bhante,” jawab Y.A. Rahula.
“Demikian pula, setiap perbuatan, baik yang dilakukan dengan badan jasmani, ucapan maupun pikiran, harus dilakukan setelah kita bercermin dengan cermat (pada Dhamma).”

Hari ke 7
2.       Ke gunung, hutan, dan semak-semak yang dianggap suci,
atau ke pohon-pohon serta tempat-tempat yang dikeramatkan,
kesanalah orang-orang pergi karena dicengkeram oleh ketakutan.
Tetapi tempat-tempat itu bukanlah perlindungan yang aman,
bukan pula perlindungan yang terbaik.
Bukan karena pergi kesana, orang akan terbebbas dari penderitaan.
Tetapi siapa pun yang menyatakan berlindung pada Buddha, Dhamma, dan Sangha, akan mengerti dengan bijaksana EmpatKebenaran Mulia:
Penderitaan, penyebab penderitaan, lenyapnya penderitaan,
dan Jalan Tengah BeruasDelapan yang membawa kepada lenyapnya penderitaan.
Dan inilah sebuah perlindungan yang aman,
perlindungan yang terbaik.
Dengan berlindung disini,
Orang akan terbebas dari semua penderitaan.

Hari ke 8
3.        Selama matahari dan bulan tidak muncul, tak akan ada kilauan sinar terang, tak ada pancaran cahaya, hanya ada kegelapan dan ketaknampakkan. Tak ada siang atau malam, tak ada pula bulan, pertengahan bulan, atapun musim yang bisa dibedakan. Tetapi bila matahari dan bulan telah muncul, terbitlah kialauan sinar terang, pancaran cahaya. Kegelapan dan ketaknampakkan pun lenyaplah sudah. Siang, malam, bulan dan pertengahan bulan, dan musim pun dapat di bedakan kembali.
Demikian pula halnya, selama Sang Tathagata, Buddha yang mahamulia, Buddha yang telah mencapai Penerangan Sempurna, tidak muncul, tak akan ada kilauan sinar terang, tak ada pancaran pancaran cahaya, hanya ada kegelapan dan ketaknampakkan. Tidak akan ada pembabaran, ajaran, penjelasan, pernyataan, pembukaan tabir (ketidaktahuan), analisis, dan penerangan akan Empat KebenaranMulia. Tetapi jika Sang Tathagata,Buddha yang mahamulia,Buddha yang telah mencapai Penerangan Sempurna, telah muncul, tampaklah kiilauan sinar terang, pancaran cahaya. Kegelapan dan ketaktampakkan pun lenyaplah sudah. Muncullah pembabaran, ajaran, penjelasan, pernyataan, pembukaan tabir (ketidaktahuan), analisis, dan penerangan akan EmpatKebenaran Mulia.

Hari ke 9
4.       Aku akan mengajarkanmu Jalan Tengah Beruas Delapan. Aku akan membabarkannya untukmu. Dengarkanlah baik baik Aku akan berbicara. Dan apakah Jalan Tengah Beruas Delapan itu? Jalan Tengah Beruas Delapan  adalah Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Mata Pencaharian Benar, Daya Upaya Benar, Perhatian Benar, dan Konsentrasi Benar.

Apakah Pandangan Benar itu? Pandangan benar adalah pemahamantentang penderitaan, penyebab penderitaan, lenyapnya penderitaan, dan jalan menuju lenyapnya penderitaan.

Dan apakah Pikiran Benar  itu? Pikiran Benar adalah pikiran yang bebas (dari  kekotoran batin), pikiran tentang cinta kasih, dan pikiran yang suka menolong mahkluk lain.
Dan apakah Ucapan Benar itu? Ucapan Benar adalah ucapan yang bebas dari kebohongan, fitnah, caci maki ataupun omong kosonng yang tidak bermanfaat.

Dan apakah Perbuatan Benar  itu?  Perbuatan Benar adalah perbuatan menghindari pembunuhan, pencurian, penyalahgunaan perbuatan seksual dan minum-minuman keras yang menyebabkan lemahnya kesadaran.

Dan apakah Mata Pencaharian Benar  itu? Sehubungan dengan hal ini, seorang umat Buddha harus membangkitkan hasrat untuk berusaha, berjuang mengarahkan pemikirannya dalam mencegah timbulnya keinginan tidak baik yang belum muncul, melenyapkan keinginan tidak baik yang telah ada, membangkitkan keinginan baik yang belum muncul dan akhirnya, ia harus membangkitkan hasrat untuk berusaha, berjuang mengarahkan pikirannya untuk menjaga kelangsungan, menggabungkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan memenuhi keinginan baik yang sudah ada.

Dan apakah Perhatian Benar  itu? Sehubungan dengan hal ini, seorang umat Buddha harus melakukan perenungan untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh badan jasmani, pikiran, perasaan, dan kesadarannya, sehingga dapat mengendalikan diri terhadap godaan nafsu keinginan duniawi.

Dan apakah  Konsentrasi Benar  itu? Sehubungan dengan hal ini, seorang umat Buddha harus berlatih meditasi agar dapat mencapai empat jhana.
Bersambung

Buddha Vacana - Renungan harian dari Kitab Suci Agama Buddha,buku asli ditulis oleh : Y.A. Shravasti Dhammika, penerbit Pustaka Karania 1993. Judul asli : Buddha Vacana, Daily Reading from the Sacred Literature of Buddhism, edited by S. Dhammika, The Buddha Dhamma manggala Society 1989

PERKUMPULAN GURU AGAMA BUDDHA INDONESIA PERKUMPULAN GURU AGAMA BUDDHA INDONESIA PERKUMPULAN GURU AGAMA BUDDHA INDONESIA PERKUMPULAN GURU AGAMA BUDDHA INDONESIA PERKUMPULAN GURU AGAMA BUDDHA INDONESIA