Selasa, 21 Juli 2015

Perenungan Terhadap Empa Keadaan Luhur - Bagian I


1. CINTA (Metta)
Cinta, tanpa nafsu untuk memiliki, memahami dengan baik bahwa dalam
hakikat tertinggi, tidaklah ada kepemilikan maupun pemilik: 
inilah cinta yang tertinggi.

Cinta, tanpa berbicara dan berpikir mengenai “Aku”, memahami dengan
baik bahwa apa yang dinamakan “Aku” sebenarnya hanyalah delusi.

Cinta, tanpa memilih maupun mengecualikan, memahami dengan baik
bahwa melakukan hal tersebut (diskriminasi) berarti menciptakan kualitas
sifat-sifat yang bertentangan dengan cinta itu sendiri: 
perasaan tidak suka, kejengkelan maupun kebencian.

Cinta, merangkul semua makhluk: kecil maupun besar, jauh maupun dekat, baik di darat, air, maupun udara.
Cinta, merangkul semua makhluk tanpa memihak, bukan hanya terhadap
orang-orang yang berguna, menyenangkan dan kita sukai.

Cinta, merangkul semua makhluk, baik yang memiliki batin luhur maupun
rendah, batin yang baik ataupun jahat. Mereka yang berhati mulia dan baik
dirangkul karena cinta mengalir ke mereka secara spontan. Mereka yang berhati rendah dan jahat juga dirangkul karena mereka lah yang sangat membutuhkan cinta. Banyak dalam diri mereka, benih-benih kebajikan mungkin telah mati karena kurangnya kehangatan untuk dapat tumbuh dan bertunas, karena benih itu telah musnah akibat kedinginan dalam dunia yang tanpa cinta.

Cinta, merangkul semua makhluk, memahami dengan baik bahwa kita
semua sama-sama merupakan pengembara dalam siklus eksistensi – bahwa
kita semua mengalami hukum yang sama mengenai penderitaan.

Cinta, bukan api sensasi yang membakar, menghanguskan dan menyiksa,
yang menyebabkan lebih banyak luka daripada yang dapat ia obati – yang
seketika menyala terang, dan tiba-tiba padam, menyisakan banyak perasaan
dingin dan kesepian dibandingkan sebelumnya.
Melainkan, cinta yang terulur bagaikan tangan yang lembut namun kokoh
kepada makhluk-makhluk yang sakit dan bermasalah, tidak berubah dalam
hal perasaan simpatiknya, tanpa kebimbangan, tidak menyurut ketika mendapatkan respon apapun.

Cinta yang memberikan kesejukan yang nyaman kepada mereka yang terbakar oleh api penderitaan dan nafsu; yang merupakan kehangatan pemberi kehidupan bagi mereka yang ditinggalkan dalam padang pasir kesepian yang dingin, bagi mereka yang gemetaran kedinginan dalam kebekuan dunia tanpa cinta; bagi mereka yang hatinya seolah telah menjadi kosong dan kering akibat panggilan berulang-ulang meminta pertolongan yang tak kunjung tiba, akibat perasaan putus asa yang paling dalam.
Cinta, yang merupakan keagungan hati dan pikiran yang luhur yang mengerti, memahami dan siap untuk membantu.
Cinta, yang merupakan kekuatan sekaligus pemberi kekuatan: 
inilah cinta tertinggi.

Cinta, yang oleh “Ia yang Telah Tercerahkan” disebut sebagai “pembebasan
dari hati”, “keindahan yang paling luhur”: 
inilah cinta tertinggi.

Dan apa perwujudan tertinggi dari cinta?
Menunjukkan kepada dunia jalan yang menuntun pada berakhirnya penderitaan, jalan tersebut ditunjukkan, dijalani dan direalisasikan untuk mencapai kesempurnaan oleh Beliau, Ia yang Paling Berbahagia, Sang Buddha.

Oleh: Nyanaponika Thera
Bersamambung ke Bagian  II: Karuna

0 komentar:

Posting Komentar

PERKUMPULAN GURU AGAMA BUDDHA INDONESIA PERKUMPULAN GURU AGAMA BUDDHA INDONESIA PERKUMPULAN GURU AGAMA BUDDHA INDONESIA PERKUMPULAN GURU AGAMA BUDDHA INDONESIA PERKUMPULAN GURU AGAMA BUDDHA INDONESIA